Sunday, October 23, 2011

Negeri Seribu Pulau yang Kian Pincang

Negeri seribu pulau ini tengah berduka.
Beratus juta anak bangsa gigih perjuangkan nasib, hendak keluar dari penjara ketidakberdayaan negara.
Topan angin silih berganti mendatangkan sejumput kekecewaan dan kegetiran yang meliak-liuk kian kesana semakin kemari menghancurkan benteng-benteng yang mentereng tapi tak sekuat dan setahan khatulistiwa.
Ku kobarkan api semangat yang merapat di tungku-tungku pembakaran arang, hanya untuk menyalakan semangat gotong royong yang sedari dulu terpateri sampai urat nadi.
Zamrud khatulistiwa itu kini kian meradang karena kehilangan pulau yang terhampar di tengah lautan, di perjualbelikan dan ditidakperhatikan oleh bapak bangsa yang asyik berpoligami dengan kepentingan pribadi.

Miris jiwaku melihat wajah pucat Sang Garuda yang terbang dengan lunglai. Hanyut rasaku ke dalam jiwa tak tersadar, dibuai berjuta mimpi yang kini hanya bisa kunikmati dari alam tak berkepastian. Mimpi akan kekayaan negeri yang laiknya hanyalah sebagai bunga tidur bagi kami anak bangsa, yang tak tahan ketika harus impor beras masuk ke sumsum dan tulang belulang, kendati negeri ini punya segudang sentra penghasil padi terbesar.
Yeahhhh, beginilahh wajah Indonesiaku yang tak lagi bergaung, Sang Merah Putih tetap saja bekibar dengan lusuhnya, Si Burung Garuda belum mampu tuk terbang jauh, Zamrud Khatulistiwa pun perlahan pudar.

No comments:

Post a Comment